Bagaimana jika....
Terus saja memendam rasa.
Memang tak terasa sampai semuanya hampa.
Apakah kamu pernah
membayangkan? Kamu terus memendam rasa untuknya. Melihat gerak demi gerak
tubuhnya. Membayangkan setiap senyumnya. Kemudian merefleksikannya di langit-langit
kamar. Lalu secara otomatis mengembangkan senyummu sendiri, hingga kamu merasa
gila dan insomnia dalam waktu bersamaan.
Kamu pernah merasakan?
Mengendap-endap. Mencuri pandang akan indah dirinya. Menimbang-nimbang akan
menyapanya. Mengurungkan semua niat seraya membuang muka ketika dia menengok ke
arahmu. Di saat itu juga kamu kesal karena tak mendapatkan sapanya, tetapi
bahagia karena dengan menegok ke arahmu, berarti dia menyadarimu.
Apa kamu pernah mengharapkan?
Menapaki jalan yang berbeda setiap harinya. Kemudian menghentikan pencarian
jalan dan terus melewatinya ketika tahu bahwa dia juga menginjakkan kaki di
sana. Berpapasan dengannya secara pura-pura tidak sengaja.
Pernahkah kamu memikirkan?
Semua sumringah yang menyelinap ke dalam kelopak mata. Mengganggu semua mimpi
yang hendak hadir. Mengubah semua benak menjadi layar putih, memproyeksikan
khayalan demi khayalan tentang dirimu. Hanya karena kamu menyebut namaku, meski
tidak dengan benar.
Namun apakah kamu pernah
melamunkan? Bahwa sesungguhnya dia melakukan hal yang sama denganmu, hanya saja
dia sama keras kepalanya denganmu. Kepala batu dan hati berliannya memaksanya
memendam perasaan, seperti kamu.
Semuanya dilalui sampai waktu
yang lama, lebih lama dari yang pernah kamu bayangkan. Hingga masing-masing
dari kamu lupa, kemudian menemukan sangkar hati yang baru. Bagaimana jika,
ketika kamu merasa bahwa yang kamu dapatkan sekarang benar-benar untukmu, kamu
mendapati dia yang pernah kamu cinta dalam diam, ternyata juga mencintaimu.
Dalam diam.
Bagaimana jika…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar