REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua PBNU HA Slamet Effendy Yusuf
menegaskan bahwa pihaknya menolak meminta maaf kepada Partai Komunis
Indonesia (PKI) karena PKI bukanlah korban, melainkan
pemberontak."Mereka memang menuntut negara, TNI, dan NU meminta maaf,
tapi hal itu tidak mungkin karena NU itu anti-komunis dan komunis itu
bertentangan dengan Pancasila," katanya di Surabaya, Minggu.Ketika
berbicara dalam seminar nasional "Kebebasan dan HAM dalam Koridor
Pancasila" di Kantor PCNU Surabaya, ia menjelaskan keturunan PKI
sekarang memang pintar mengemas seolah-olah PKI adalah korban."Tapi, NU
memiliki bukti sejarah bahwa PKI adalah pemberontak yakni shalawat badar
dan Banser. Shalawat Badar diciptakan pimpinan NU di Banyuwangi untuk
melawan PKI. Itu sama dengan Banser, jadi hal itu membuktikan bahwa PKI
itu musuh, bukan korban," katanya.Dalam seminar yang juga menampilkan
Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zen (TNI) dan Brigjen Pol Anton Tabah (staf
khusus Kapolri), Rais Syuriah PBNU KHA Hasyim Muzadi mengajak negara dan
TNI untuk tidak melayani tiga tuntutan PKI yakni maaf, kompensasi, dan
rehabilitasi."Kita justru harus waspada, karena mereka sekarang bukan
berhadapan langsung dengan TNI, NU, dan negara, melainkan melakukan
penyusupan," katanya.Menurut dia, penyusupan itu bukan hanya dalam
bentuk "Paguyuban Korban Orde Baru", namun mereka juga menyusup ke
parlemen di Senayan, birokrasi melalui pilkada langsung, dan bahkan
menyusup ke NU."Banyak anak-anak muda NU yang mulai tertarik dengan
ajaran Marxisme dan banyak kalangan yang mulai melihat pemberontakan
G-30-S/PKI sebagai rekayasa Orde Baru, padahal generasi sekarang tidak
tahu banyak tentang PKI. NU punya bukti siapa mereka," katanya.Hal
senada diungkapkan Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zen yang sekarang menjadi
politisi PPP. "Pemberontakan PKI sebagai rekayasa Orba itu tidak benar,
karena PKI sempat mengajak Soeharto, tapi Soeharto tidak mau,"
katanya.Pandangan itu juga dibenarkan staf khusus Kapolri Brigjen Pol
Anton Tabah. "Generasi muda sekarang perlu diberitahu fakta yang
sebenarnya terjadi saat itu, karena PKI memutarbalikkan fakta, sedangkan
generasi muda tidak mengalami fakta yang sebenarnya," katanya.Baginya,
melawan PKI merupakan jihad yang sesungguhnya, karena PKI itu memiliki
pola yang lihai yakni penunggangan atau penyusupan yang bila tidak
diwaspadai akan menyebabkan terjadi ketegangan lagi seperti tahun 1948
dan 1965.
sumber :
http://m.republika.co.id/berita/nasi...-ini-alasannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar