Kerinduan masyarakat Indonesia terhadap ideologi Pancasila ramai lagi
belakangan ini. Maraknya perilaku yang tidak mencerminkan nilai-nilai
Pancasila sebagai dasar negara, membuat ideologi yang ditelurkan
presiden pertama Indonesia tersebut kembali bergairah.
“Sejak
dua tahun belakangan, Indonesia sedang demam Pancasila. Jadi, terus akan
kita gelorakan,” kata Wakil Ketua MPR RI, Ahmad Farhan Hamid, di
sela-sela pembukaan pelatihan untuk pelatih sosialisasi empat pilar
kehidupan berbangsa dan bernegara, di Sanur, Denpasar, Bali, Jumat
malam, 3 Juni 2011.
Menurutnya, demam Pancasila ini merupakan
titik balik bagi perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Diharapkan, semua lapisan masyarakat mampu mengimplementasikan
nilai-nilai Pancasila dengan baik sehingga menjadi dasar dalam
bertindak.
Demikian pula dengan para politisi di Senayan. Dengan
mengimplementasikan kembali nilai-nilai Pancasila, mereka memunculkan
perilaku dan etika politik yang sehat dalam koridor ideologi bangsa.
“Kami
berharap segala hal akan kembali kepada etika politik sesuai Pancasila.
Penegakan hukum dan relasi sosial juga demikian, dan aspek lainnya,”
katanya.
Meski demikian, ia tak mau menanggapi berlebihan pidato
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait hasil survei Badan Pusat
Statistik (BPS) bahwa peran politisi terhadap implementasi nilai-nilai
Pancasila hanya tiga persen. Menurutnya, hal tersebut merupakan
penilaian masyarakat yang obyektif.
“Itu persepsi masyarakat.
Itu tidak bisa ditolak. Itu penilaian masyarakat. Artinya, untuk
memasyarakatkkan empat pilar Negara, masyarakat lebih percaya kepada
tokoh agama ketimbang politisi, meski UUD menjadi menu sehari-hari
poltisi di Senayan,” katanya.
Ia mengatakan, ketidakpercayaan
publik terhadap politisi atas sosialisasi empat pilar negara merupakan
wajar. Itu tak lepas dari munculnya kasus penyalahgunaan Pancasila untuk
tujuan sesat yang melibatkan politisi. “Mungkin saja kalau politisi
yang berbicara, jangan-jangan ideologi negara ditafsirkan sesuai dengan
kepentingan politiknya,” ujarnya.
Sementara terkait pendidikan
Pancasila yang akan dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan sekolah, ia
sangat mengapresiasi. Nilai-nilai Pancasila memang harus kembali
diajarkan di sekolah-sekolah. Harapannya, siswa dapat mengenal nilai
Pancasila dengan baik agar bisa direkam dan didiskusikan sesuai konteks
zaman.
“Kalau sudah diamalkan, sudah rapih bangsa kita. Dua
tahun terakhir ini kita terus melakukan pengakttifan Pancasila. Dan,
kami sangat mendukung jika Pancasila diajarkan kembali di
sekolah-sekolah. Hanya, mungkin namanya yang berbeda (bukan Pendidikan
Moral Pancasila),” ujarnya
sumber : http://nasional.vivanews.com/news/read/224460-meragukan-sosialisasi-pancasila-oleh-politisi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar