Sejumlah pasangan bakal calon (balon) gubernur dan wakil gubernur DKI
Jakarta mulai menjaring simpati masyarakat. Tak hanya turun ke bawah,
mereka juga mulai melontarkan sejumlah janji jika nanti terpilih.
Pasangan
Hidayat Nur Wahid dan Didik J Rachbini mendatangi warga Kali Krukut,
Tanah Abang, Jakarta Pusat, Minggu 25 Maret 2012. Pasangan diusung
Partai Keadilan Sejahtera ini mulai memperkenalkan diri agar dipilih
dalam Pemilukada yang akan digelar pada 11 Juli nanti.
"Untuk
memecahkan persoalan Jakarta dibutuhkan pemimpin yang paham, oleh karena
itu perlu orang lama dan tahu betul, sehingga dia bisa merasakan apa
yang jadi persoalan warganya," ujar Hidayat, di Jakarta, Minggu 25 Maret
2012.
Hidayat mengaku mengenal Jakarta, mulai dari kemacetan,
banjir dan masalah sosial lainnya. Dia menceritakan, saat banjir besar
melanda Jakarta pada 2002 dan 2007, ia berada di tengah masyarakat.
Dari
tahun-tahun itu, Hidayat dan Didik mengaku sudah ada di tengah
masyarakat dan ikut membersihkan lumpur. Dikatakan Hidayat sudah
semestinya yang pimpin Jakarta adalah mereka yang tak hanya tahu
manisnya Jakarta, tapi terbiasa pahit getirnya Jakarta.
Sementara
itu, Didik menambahkan ia dan Hidayat akan saling melengkapi dalam
menuntaskan persoalan ibukota. Dua kandidat ini menyatakan akan
mengatasi persoalan transportasi massal, usaha kecil dan menengah (UKM),
dan tata kota.
Pasangan ini pun menyatakan sudah menyiapkan 3 program unggulan untuk
menata ibukota. "Program pertama adalah sistem transportasi massal,"
kata Didik yang juga adalah Ketua DPP Partai Amanat Nasional itu.
Menurut
Didik, sistem transportasi di Jakarta sangat ruwet. Perlu ada
pembenahan sistem transportasi, yang dapat mengangkut warga dalam jumlah
banyak. "Kita harus melakukan jihad transportasi massal, jadi bukan
hanya bus-bus yang kecil," ujarnya.
Program kedua, lanjut Didik,
adalah penanganan banjir di Jakarta. Menurut Didik, untuk mengatasi
banjir, perlu dibangun sistem kanal yang bagus seperti di Belanda.
"Kalau perlu untuk menghadapi banjir kita bikin terowongan bawah tanah
sebaik mungkin, masuk ke laut. Negara lain saja bisa, kenapa kita tidak.
Kita tidak bisa karena tidak melaksanakan," ujarnya.
Program
ketiga yang disorot pasangan politisi PKS-PAN ini adalah kesejahteraan
masyarakat. Sebagai ekonom, Didik menilai perlu ada program seperti
asuransi kesehatan bagi masyarakat. "Kita dengan lima tahun dan sumber
daya yang ada harus menyelesaikan apa yang bisa diselesaikan," ujarnya.
Gaya Jokowi
Aksi 'turun ke jalan' ini juga dilakukan oleh Joko Widodo. Bakal
calon gubernur yang diusung PDI Perjuangan dan Gerindra ini menyempatkan
diri menyapa masyarakat Jakarta dengan menumpang bus TransJakarta.
Jokowi datang ke Terminal Blok M sekitar pukul 14.30 WIB. Dia datang
tidak bersama pasangannya, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Saat
bus TransJakarta tiba, Jokowi yang mengenakan kemeja merah kotak-kotak,
langsung masuk. Karena penumpang cukup padat, Jokowi tidak kebagian
tempat duduk, dia pun terpaksa berdiri sambil berinteraksi dengan
penumpang lainnya. "Sekarang busway nyoba, mikrolet coba, Kopaja yang
komuter juga nyoba. Sehingga persoalan juga kita lihat lah," kata
Jokowi.
Jokowi pun membantah kehadirannya di bus TransJakarta dalam rangka kampanye. "Saya mau jalan-jalan dulu naik busway," ujarnya.
Menurut
Jokowi, moda transportasi Bus TransJakarta ini adalah proyek yang
bagus. Namun, armada busnya harus ditambah serta jarak antar bus juga
harus diatur lagi. "Sehingga penumpang tidak harus menunggu lama,"
ujarnya.
Jokowi menyatakan akan konsen pada perbaikan
transportasi massa, dan penataan serta pemanfaatan fasilitas publik.
Menurutnya, kondisi macet terjadi di Jakarta disebabkan banyak faktor,
diantaranya minimnya ketersediaan transportasi massa aman, nyaman dan
memadai.
"Ya untuk kendaraan lain seperti Kopaja, Metro Mini,
Mikrolet itu semua harus diremajakan," kata Jokowi kepada wartawan
diatas Bus Transjakarta tujuan stasiun Jakarta Kota.
Sementara
untuk Transjakarta, Wali Kota Solo itu menekankan pada penambahan armada
dan perbaikan fasilitas shelter bus way. Untuk kawasan Ibukota,
lanjutnya, diprioritaskan menggunakan Transjakarta, sementara untuk
wilayah yang tak terjangkau koridor Transjakarta bisa menggunakan moda
transportasi lainnya.
Selain itu kata Jokowi adanya jalan fly over di ruas jalan ibukota
dinilai tidak efektif. Menurutnya adanya jalan fly over semakin
memberikan fasilitas lebih kepada para pemilik mobil. "Orang lebih
memilih naik mobil pribadi nanti. Yang paling penting untuk fasilitas
MRT nya diperbaiki, jumlahnya diperbanyak dan nyaman," tuturnya.
Meski demikian, Jokowi belum memikirkan cuti sebagai Wali Kota Solo. "Belum saya mau lihat aturannya dulu," kata Jokowi.
Foke bicara energi
Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menghadiri kampanye
hemat energi listrik melalui Earth Hour 2012. Kehadiran Fauzi Bowo ini
tak terkait dengan rencananya kembali maju dalam Pilkada 2012. "Kalau
ditanya apa aksi yang sudah saya lakukan, Saya orang pertama yang
menggunakan mobil listrik, catat nama saya Fauzi Bowo. Itu aksiku, mana
aksimu," kata Foke sapaan akrab Fauzi Bowo.
Selain itu juga,
program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mengadakan Car Free Day
setiap akhir pekan merupakan bentuk kecintaan kepada masyarakat untuk
dapat merawat lingkungan.
Dia mencontohkan, bus TransJakarta
umumnya sudah menggunakan bahan bakar gas, dan itu adalah upaya
mengurangi gas rumah kaca. "Pohon-pohon di sini bisa menambah ruang
terbuka hijau, dulu di daerah di sini (Jalan Sudirman) ada pom bensin,
sekarang kita tambah ruang terbuka hijau," jelas Foke.
Dalam aksi hemat energi ini, lanjut Foke, diharapkan pengehematan listrik bisa lebih besar dari tahun lalu.
'Tiga tahun bisa'
Sementara itu, bakal calon gubernur DKI Jakarta, Alex Noerdin,
mengaku sudah mempersiapkan strategi kampanye bersama dengan
pasangannya, Nono Sampono, mantan komandan Paspampres Letnan Jenderal
Purnawirawan.
Gubernur Sumatera Selatan itu mengaku kian semangat
dengan lawan-lawan berat seperti Fauzi Bowo, Joko Widodo, dan Hidayat
Nur Wahid. Popularitas menurutnya tak menjamin elektabilitas seseorang.
"Lawan semua berat. Tapi makin berat lawan makin semangat," katanya
kepada VIVAnews.
Slogan 'Tiga Tahun Bisa' akan diusung
Alex Noerdin dan Nano Sampono, dalam kampanyenya. Pria kelahiran
Palembang, 9 September 1950 itu siap mundur bila program yang
dicanangkannya selama tiga tahun tak berjalan baik. Menurutnya, tiga
tahun itu bukan sekadar slogan, melainkan sebuah janji. Alex Noerdin
berjanji dalam tiga tahun Jakarta akan bebas banjir dan macet.
"Kalau selama tiga tahun tidak berhasil, kami siap mundur," katanya.
Alex
pun berjanji biaya kesehatan dan sekolah akan gratis bagi penduduk
Jakarta bila menjadi orang nomor satu di DKI Jakarta. Janji itu akan dia
kerjakan satu hari setelah dilantik jadi gubernur.
Berbekal pengalamannya sebagai gubernur Sumatera Selatan, Alex yakin
kebijakan ini dapat di terapkan di Ibukota. "Untuk Jakarta baru 2013,
jadi akan majukan 1 hari setelah pelantikan," kata Alex Noerdin.
Menurut
Alex, mewujudkan harapan masyarakat mendapatkan pendidikan yang layak
dan pengobatan gratis adalah kewajiban pemerintah. "Rakyat memang patut
dimanjakan, karena semua adalah uang rakyat. Bagi saya lebih baik
anak-anak bersekolah di bekas kandang sapi, dan diajari oleh guru bodoh
daripada berkeliaran di jalan," katanya.
Alex berharap masyarakat
Jakarta mau membuka mata dan memilih pemimpin yang sudah berpengalaman
sebagai gubernur, dan berprestasi. "Saya dua kali menjadi bupati, dan
satu kali menjadi gubernur," katanya.
Tapi problem yang kompleks di Jakarta, kata Fauzi Bowo, sulit
dituntaskan dalam waktu 3 tahun. "Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ)
itu fungsinya ikut menyosialisasikan masalah transportasi ke
masyarakat, termasuk ke orang-orang yang mau atasi macet dalam waktu
tiga tahun. Tolong berikan penjelasan kepada mereka yang berpikiran
sempit," kata Foke.
Foke mengaku menggantungkan begitu banyak
harapan kepada DTKJ, salah satunya mampu merumuskan kebijakan atau
memberikan masukan dan rekomendasi yang bisa dituangkan Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta dalam bentuk kebijakan yang konkrit.
Ia juga
menghadapi kendala menangani transportasi Jakarta. "Kalau rekomendasi
DTKJ misalnya membuat ERP, maka kita dari dulu juga sudah tahu bagaimana
membuat ERP. Tapi kan kendalanya tak bisa kita atasi sehingga dalam
waktu singkat tak bisa kita laksanakan, dan dirasakan manfaatnya oleh
warga," ujar Foke.
Untuk itu, Foke meminta pengurus baru DTKJ
aktif mencari terobosan yang mampu mendorong pemerintah agar bisa lebih
cepat menerbitkan peraturan pemerintah yang berkaitan ERP. "Konkritnya
seperti apa, karena kalau rumusan rekomendasi tidak bisa dipraktekkan,
tidak ada manfaatnya," ujarnya menegaskan.
Foke juga berharap
DTKJ dapat memahami kondisi Pemprov DKI yang kesulitan menerapkan
kebijakan terkait transportasi. “Usulan tak bisa dikonkritkan barangkali
karena tidak cocok peraturan perundangan atau tidak ada peraturan
perundangannya,” ujar dia.
Masalah pendanaan, menurut Foke yang
kini kembali maju bertarung di Pilgub DKI Jakarta 2012, juga menjadi
masalah. "Bikin jalan layang tidak ada duitnya, bagaimana? Memang tukang
sulap David Copperfield?" kata dia.
Pajak progresif
Bakal
calon gubernur yang maju dari jalur independen juga tidak mau kalah
dengan calon dari partai politik. Mereka juga sudah menebar janji kepada
warga Jakarta. Misalnya saja pasangan Hendardji Supandji dan Achmad
Riza Patria. Mereka berjanji menaikan pajak progresif kendaraan di
ibukota jika terpilih.
Program itu ditujukan untuk mengatasi
kemacetan jalanan Jakarta. "Meningkatkan pajak progresif bagi mobil
pribadi," kata Riza dalam dialog publik di Jakarta, Kamis 22 Maret 2012.
Menurut
dia, selama ini, banyak pengamat meminta penerapan aturan itu. Namun
diabaikan oleh pemerintahan yang sekarang. "Kenapa Jakarta saat ini
banyak sekali permasalahan, karena banyak pemimpin tidak berani
mengambil keputusan dan kebijakan menjalankan program pro rakyat dalam
membangun kota," katanya.
Tak hanya meningkatkan pajak progresif,
pasangan ini juga akan memberlakukan aturan yang membatasi kepemilikan
mobil. Dia menilai kepemilikan banyak mobil oleh satu keluarga serumah
berpotensi menimbulkan kecemburuan sosial. Selain itu, juga akan membuat
jalanan Jakarta semakin macet. "Jadi, di Jakarta tidak boleh satu rumah
memiliki 3 mobil, atau bahkan 10 mobil," ujar Riza.
Jika
terpilih, pasangan ini akan memberlakukan pembatasan usia kendaraan
secara bertahap. Tujuannya, agar Jakarta tak terlalu padat dengan mobil
pribadi. "Membatasi umur mobil pribadi secara bertahap, dengan
memberikan konpensasi secara bertahap," ujarnya.
Ruang hijau Faisal-Biem
Pasangan Faisal Basri-Biem Benyamin pun tak mau kalah dengan janji
membuat Jakarta aman, nyaman, dan tenteram. Pasangan ini berniat
membatalkan pembangunan tol dalam kota, karena dianggap tidak mampu
mengatasi kemacetan, dan akan menambah jumlah ruang terbuka hijau.
Selain
itu, Faisal Basri juga tak khawatir akan dijegal DPRD ketika memimpin
pemerintahan jika berhasil menjadi gubernur. Menurut Faisal, anggota
DPRD yang semuanya adalah orang parpol tidak takut dengannya maupun
dengan Biem Benyamin.
"Anggota DPRD takut sama warga yang milih. Mau diduduki itu DPRD sama warga," ujar Faisal saat berbincang dengan VIVAnews di Jakarta, Sabtu 24 Maret 2012.
Jika
terpilih sebagai gubernur, Faisal berjanji akan menjadikan DPRD sebagai
mitra kerja yang baik. Bahkan sebagai mitra, dirinya akan memberikan
pencerahan kepada anggota DPRD. "Saya justru akan ajak mereka, Insya
Allah jadi politisi yang baik yang dekat dengan warga. Kita akan lakukan
pendidikan politik juga supaya mereka nanti terpilih kembali dan dekat
dengan warga," ucapnya.
"Tidak cuma jadi anggota DPRD tapi juga anggota DPR, I promise. Semua teman-teman saya kok," dia menambahkan.
sumber : http://fokus.vivanews.com/news/read/299109-tebar-janji-calon-gubernur-dki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar